Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksdya Achmad Taufiqoerrochman mengatakan masih ada dua kapal frigate China di perairan Natuna. Kapal-kapal tersebut masih bertahan di sekitaran perairan Utara Natuna.
"Yang jelas tadi sudah laporan Menlu bahwa masih ada dua frigate mereka di sekitar situ, ada satu yang di luar ada dua yang perkuatan di atas. Jadi mungkin akan ada pergantian dari mereka," kata Taufiq usai rapat koordinasi khusus di Kemenko Polhulam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (7/1/2020).
Meski begitu, Taufiq menuturkan komunikasi masih terus berjalan dengan kapal-kapal China yang bertahan itu. Orkestratif pun diperlukan untuk menjalankan operasi yang diiringi dengan diplomasi.
"Enggak, tetep komunikasi tetep jalan tapi sama isinya. Intinya begini walaupun secara legal kita tidak mengakui itu. kalau itu berdasarkan sejarah nggak akan pernah ketemu, tetapi apapun itu yang ternyata ada di lapangan adalah dia punya klaim di sana. Jadi kalau itu tidak selesai ya kapanpun akan seperti ini. Makanya kemarin saya sampaikan harus ada orkestratif antara operasi dengan diplomasi," tuturnya.
Taufiq menegaskan sudah mengerahkan kekuatan yang cukup besar dan tidak akan ada negosiasi dalam bentuk apapun. Bakamla berkaca dari kasus yang terjadi di Filiphin, China disebut memiliki kekuatan besar meski berdasarkan landasan internasional sudah kalah.
"Kita kerahkan kekuatan besar pun ya tetep aja seperti itu karena masalahnya di situ. Walaupun secara tegas kita tidak akan bernegosiasi. Tidak ada tawar-menawar karena kita sudah benar. Tapi ingat pada saat Filipina juga mengajukan pengadilan internasional China kalah, artinya landasannya gugur kan. Tapi apa yang terjadi ya tetep aja kan, karena dia punya kekuatan. Oleh karena itu untuk mendukung diplomasi kita hadir di sana," tegasnya.
Untuk itu, Bakamla akan terus berupaya melakukan yang terbaik di perairan Natuna. Salah satunya dengan mengimbangi strategi dan pergerakan kapal-kapal China.
"Ya kita imbangi strateginya mereka," pungkasnya. 0 dtk