Alhamdulillah, Allah SWT membekali hamba-Nya yang beriman dengan manual (panduan) tentang bagaimana cara menghadapi peminta-minta (pengemis) dan bagaimana pula menghadapi perampok. Tidak sama cara melayani mereka. Kontras perbedaannya.
Yang datang meminta-minta kepada Anda, tidak boleh Anda hardik. Tidak boleh berkata kasar jika Anda tidak bisa memberikan sesuatu.
Perintah ini ada di surah Adh-Dhuha (surah 93), ayat 10, “Wa amma assaaila falaa tanhar.” Lebih-kurang artinya, “Dan kepada orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghadiknya.”
Panduan lain ada di ayat ke-263 surah al-Baqarah. Yaitu, “Qaulun ma’ruufun wa maghfiratun khairun min shodaqatin yatba’uha azaa.”
Yang artinya, “Kata-kata yang baik dan kemaafan itu lebih bagus dari sedekah yang diikuti repetan.”
Begitu cara menghadapi peminta-minta. Jangan dimarahi, jangan pula direpeti. Nah, bagaimana kalau Anda didatangi gerombolan perampok?
Mempertahankan hak milik dari perampokan, perampasan, atau pencurian, wajib hukumnya. Mati mempertahankan hak milik adalah mati syahid. Begitu juga mempertahankan kehormatan, agama, dan keluarga. Semuanya mati syahid kalau gugur dalam mempertahankan dan membela empat hal itu. Yaitu: harta, kehormatan, agama dan keluarga.
Dalam satu hadits shohih, Rasulullah s.a.w. berkata, “Barang siapa yang gugur karena mempertahankan hartanya, ia syahid. Barang siapa yang gugur karena mempertahankan darahnya (kehormatannya), ia syahid. Barang siapa yang gugur karena mempertahankan agamanya, ia syahid. Barang siapa yang gugur karena membela keluarganya, ia syahid.” (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan at-Tirmidzi).
Baik! Apa hubungannya dengan Prabowo Subianto (PS) yang disebutkan di dalam judul tulisan ini?
Sederhana saja. Beliau saat ini sedang menghadapi perampokan. Ada gerombolan yang mau merampok kemenangan Pak Prabowo di dalam pilpres 2019. Kemenangan ini adalah ‘harta’ beliau. Karena itu, Pak PS wajib mempertahankannya. Apalagi, ‘harta’ berupa kemenangan itu adalah titipan mayoritas rakyat Indonesia. Semakin keraslah kewajiban itu. Beliau tidak bisa main-main dengan titipan rakyat.
Rakyat menitipkan ‘harta’ berupa kemenangan pilpres itu kepada Pak Prabowo karena mereka yakin mantan jenderal Kopassus itu mampu mempertahankan, memelihara, dan mengaplikasikannya. Rakyat percaya bahwa Pak PS tahu cara menghadapi gerombolan perampok yang sangat ingin merampas kemenangan pilpres tsb.
Pak Prabowo sangat beruntung. Beruntung karena seluruh rakyat yang menitipkan kemenangan itu siap ikut mempertahankannya kalau ada yang mau mengambil paksa ‘harta’ yang sangat berharga itu. Kita bisa saksikan berbagai komponen rakyat telah menyatakan tekad kuat mereka untuk menghadapi gerombolan perampok.
Terkecuali, entahlah, kalau para perampok datang baik-baik untuk meminta agar kemenangan pilpres itu disedekahkan kepada mereka. Ini lain cerita. Tentu kita kembalikan saja ke panduan dalam menghadapi peminta-minta. Pastilah sangat repot kalau ada yang datang kepada Pak Prabowo untuk meminta kekuasaan, mengemis kemenangan.
Panduannya sangat jelas. Kalau rela dan sesuai dengan situasi dan kondisi, bisa saja diberikan. Tapi, kalau si peminta-minta sudah diketahui rekam jejaknya yang sangat kotor, tak mungkinlah permintaan mereka dipenuhi.
Sebagai analogi saja, ada yang meminta uang kepada Anda dan Anda tahu dia selalu menggunakannya untuk membeli narkoba atau minuman keras. Apakah pengemis atau peminta-minta seperti ini akan dilayani?
Tak mungkinlah dikabulkan. Hanya saja, Pak Prabowo hendaklah menolaknya dengan baik. Tolaklah para peminta-minta itu dengan halus. Jangan kasar.
Ulama tafsir, Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, menginterpretasikan ayat 10 surah Adh-Dhuha di atas seperti berikut ini. “Jangan sampai terlontar darimu perkataan yang meniscayakan penolakan terhadap hasrat si peminta-minta dengan dibarengi hardikan dan perangai kasar. Akan tetapi, berilah apa yang engkau miliki atau tolaklah secara baik dan santun.”
“Tolaklah secara baik dan santun,” kata as-Sa’di. Inilah kata kunci dalam menghadapi pengemis yang ingin memiliki kemanangan Pak Prabowo.
Tak mungkin beliau serahkan kemenangan pilpres itu karena inilah satu-satunya ‘harta’ yang ada pada beliau untuk mengadilmakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Untuk menyelamatkan Indonesia dari para koruptor dan manipulator.
Sekali lagi, kalau ada gerombolan yang datang mau merampok kemenangan pilpres beliau, tentulah Pak Prabowo lebih tahu cara menghadapinya. Wallahu a’lam.
*Penulis: Asyari Usman (wartawan senior)