Harga Beras di Indonesia ternyata masih mahal dibanding dengan negara-negara lain. Kenyataan ini diungkap Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, usai hadir dalam rapat koordinasi bantuan pangan nasional bersama Menteri Sosial Agus Gumiwang di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Kamis (4/7/2019).
Pria yang beken disapa Buwas itu membeberkan selisih harga beras nasional sekitar Rp 1.800/kilogram (kg) dengan rata-rata harga beras internasional.
“Kalau kita lihat harga beras internasional itu rata-rata Rp 6.200/kg sekarang ya. Nah, dengan produksi beras kita yang sama dengan nilai itu, harga paling rendah di kita adalah Rp 8.000/kg. Jadi selisihnya kan jauh ya, ada sekitar Rp 1.800. Nggak mungkin kita bersaing itu, karena pasti kalau ekspor itu patokannya harga internasional,” jelas Buwas.
Menurut Buwas tingginya harga beras di Indonesia karena biaya produksi mahal. Hal itu disebabkan beberapa mekanisme produksi beras masih konvensional.
“Kualitas sebenarnya hampir sama, cuma kita cost-nya tinggi. Memproduksi cost tinggi itu karena kita masih banyak dengan konvensional. Kalau mereka dengan sistem, kita dengan manusia. Seperti itu ya cost-nya tinggi,” terang Buwas.
Mahalnya harga beras inilah yang membuat Indonesia sulit bersaing dengan negara tetangga dalam hal ekspor.Cuma, Buwas mengatakan, ada jalan lain agar bisa ekspor beras yaitu diolah menjadi produk tertentu.
“Kalau tidak bisa diekspor maka kita akan harus bikin produksi jadi. Mengolah itu dengan jadi. Walaupun ini bukan kewenangan Bulog, tapi kita akan bersinergi terus. Salah satunya kita buat beras ini menjadi bahan setengah jadi, misal tepung beras, ini bisa kita ekspor, dan banyak negara yang membutuhkan itu. Contoh Filipina, Jepang, Korea, butuh itu,” katanya.0 dtk