Sebuah lukisan dalam pigura besar bergambar wajah Pangeran Diponegoro menarik perhatian pengunjung Pameran Lukisan Babad Diponegoro, di Jogja Gallery, Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta.
Dilansir IndonesiaInside, lukisan wajah Diponegoro itu diklaim saat berusia 20 tahun. Diponegoro muda itu dilukiskan mirip wajah Presiden RI Joko Widodo. Karya Sigit Santosa, pelukis jebolan ISI Yogyakarta, tersebut mengocok rasa penasaran. Benarkah Diponegoro muda mirip wajah Jokowi?
Meskipun ada 51 lukisan yang dipajang, lukisan Diponegoro mudalah yang paling banyak disorot kamera. Baik dari para pengunjung, terlebih para pewarta foto dan jurnalis.
Di samping lukisan tertulis keterangan, ‘Abdulrohim Jokowibowo Namaku’. Dalam lukisan tersebut visual Diponegoro yang mirip dengan Jokowi mengenakan sorban atau udeng, mengenakan pakaian sorjan dan terselip sebuah keris di bagian depan badannya. Pameran Babad Diponegoro sendiri akan berlangsung mulai dari tanggal 1-24 Februari 2019.
Duta Besar Republik Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun secara resmi membuka gelaran Pameran Senirupa yang bertajuk Babad Diponegoro di Jogja Gallery pada Jum’at (1/2).
Dubes RI untuk China Djauhari Oratmangun mengaku terkesan dengan diadakannya pameran lukisan kisah nyata dari salah satu pahlawan Indonesia ini.
“Pameran ini sangat menarik dan bagus, selain untuk dinikmati juga diharapkan dapat menjadi edukasi kepada masyarakat tentang sisi lain dari kehidupan Pangeran Diponegoro dari kecil hingga dewasa,” ujarnya.
Pameran yang mengangkat kisah hidup dari Pangeran Diponegoro ini menampilkan 51 karya seni rupa dari 51 seniman lukis Indonesia diantaranya Djoko Timun Mursabo, Heru Dodot Widodo, Muhammad Andik Gus Black dan lainnya.
Keseluruhan lukisan atau gambar yang dipamerkan merupakan hasil saduran dari naskah yang dikerjakan oleh Pangeran Diponegoro sendiri saat diasingkan di Manado tahun 1831-1832. Naskah yang berjudul Babad Diponegoro dipilih sebagai media sosialisasi secara visual dengan sang tokoh melalui imajinasi para pelukis.
Direktur Eksekutif Jogja Gallery KRMT Indrokusumo mengatakan, awalnya cukup kesulitan untuk menentukan siapa saja para pelukis yang akan ditampilkan.
“Setelah proses kurasi terpilihlah 51 dari 100 pelukis yang tepat untuk mengggambarkan 51 adegan dari naskah Babad Diponegoro yang telah kami pilih bersama-sama,” ujar pria yang akrab disapa Mas Indro Kipling itu.
Animo para pelukis sangat besar saat mereka mengetahui bahwa yang akan dilukis adalah adegan naskah Babad Diponegoro. Ada dari mereka yang mempelajari Pangeran Diponegoro lebih lanjut dari buku bahkan hingga ada yang melakukan napak tilas, tambah Indro Kimpling.
Pameran yang akan berlangsung hingga 24 Februari 2019 ini merupakan inisiatif dari Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro (Patrapadi) dengan dua orang kurator yang merupakan dosen ISI Mikke Susanto dan dosen UGM Sri Margana.
Mikke Susanto mengutarakan, seluruh pelukis memiliki imajinasi berbeda-beda tentang Pangeran Diponegoro dalam guratan kanvasnya.
“Para pelukis bebas mengekspresikan wajah dari Diponegoro dari apa yang disadurkan naskah Babad Dipnegoro, selain itu tidak ada yang tahu jelas seperti apa wajah asli Diponegoro,” tuturnya.
Sketsa wajah terakhir Pangeran Diponegoro digurat oleh Adrianus Johanes Bik pada tahun 1830 saat Pangeran Diponegoro di Batavia. Dan ini adalah kisah atau bukti nyata dari keberadaan Pangeran Diponegoro semasa hidupnya, tegas Mikke Susanto saat diwawancara.
Penggagas pameran yang merupakan Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro adalah kumpulan dari keluarga besar keturunan Pangeran Diponegoro.