Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dinilai bertambah nyungsep akibat kebijakan ekonomi makro yang diterapkan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang terus mandeg di angka 5 persen.
Hal itu diungkapkan oleh Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI, Rizal Ramli sewaktu deklarasi alumni Perguruan Tinggi se-Sumsel pendukung 02 di Palembang, Minggu (31/3).
"Ekonomi sedang melambat, budget malah dipotong, pajak diuber, itu bikin ekonomi nambah nyungsep," kata dia.
Hingga saat ini, dirinya tidak pernah mendengar rencana atau strategi baru dari Joko Widodo agar ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen. Berbeda halnya dengan Capres Prabowo yang mana meminta agar pertumbuhan ekonomi di atas 8 persen dan itu dapat dicapai dalam 100 hari.
Salah satu upaya yang dilakukan, semisal yakni dengan menurunkan tarif listrik. Sehingga ibu-ibu dapat menghemat Rp 500-600 ribu. Kemudian, menurunkan harga sembako sehingga mampu menghemat Rp 50 ribu per hari dan dalam sebulan dapat menghemat Rp 1,5 juta.
Dengan langkah ini, menurutnya mampu mendongkrak daya beli, ekonomi pun dapat tumbuh satu persen. Kemudian, Prabowo juga akan membuat 1 juta rumah untuk rakyat.
"Pak (Joko) Widodo hanya bisa 320 unit rumah saat ini," terangnya.
Dengan dibangunnya 1 juta rumah per tahun maka lapangan kerja bertambah 3,5 juta baik langsung maupun tidak langsung. Langkah ini mampu menumbuhkan ekonomi sebesar 1,5 persen. Artinya, upaya yang akan dilakukan Prabowo ini mampu menumbuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,5 persen.
Sedangkan, upaya yang dilakukan Joko Widodo menunjukkan tidak mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Saat ini, dirinya juga sangat prihatin melihat petani di Indonesia yang mana karet, sawit dan kopra anjlok. Sedangkan pemerintah memberikan solusi menanam jengkol, pete dan durian.
"Ini jelas sekali solusi pemerintah tidak cerdas. Menanam jengkol dan durian itu butuh waktu 7 hingga 8 tahun untuk panen," pungkasnya.0 jp