Penumpukan beras dan bahan pangan di gudang Bulog tidak boleh dibiarkan. Apalagi beras yang tersimpan di gudang-gudang Bulog seluruh Indonesia mencapai lebih dari 1,6 juta ton dan di sejumlah wilayah ditemukan ada yang membusuk.
Atas alasan itu, Direktur Pusat Kajian (Pukat) UGM Oce Madril meminta Badan Pemeriksaan Keuangan untuk turun tangan mengaudit Bulog.
Sebab, diduga ada ketidaksesuaian rencana dan realisasi, sehingga penumpukan terjadi dan menimbulkan kerusakan yang berpotensi menimbulkan kerugian negara.
“Kenapa barang itu sampai menumpuk dan malah membusuk, padahal situasi masyarakat di sisi lain banyak yang membutuhkan. Dalam hal itu menurut saya, potensi kerugian itu tetap ada, maka harus diaudit oleh BPK dan BPKP. Itu semua kan dari APBN, karena anggaran itu kan harus dipertanggungjawabkan,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Jumat (10/5).
Dalam audit ini, BPK harus melihat berapa banyak beras yang busuk, tak tersalurkan, kemudian berapa nilai dan perencanaannya.
“Boleh jadi memang perencanaan dan realisasi tidak dirancang dengan baik, sehingga, memang barang sudah dibeli melalui APBN itu enggak terpakai,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar menjelaskan bahwa penyerapan beras Bulog sudah berjalan baik. Rata-rata per hari sebanyak 10 ribu ton. Di bulan April bahkan penyerapan mencapai 400 ribu ton.
Namun demikian, Bachtiar mengakui bahwa hal itu tidak berbanding lurus dengan penyaluran.
“Penyaluran agak tersendat karena tak adanya program beras sejahtera (rastra) sehingga stok di Gudang Bulog hampir penuh,” pungkasnya. 0 rmo