Image description
Image captions



Nupur Sharma, mantan juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India, menjadi pembahasan global setelah ucapannya dianggap menghina Nabi Muhammad SAW. Selain mencabut pernyataannya, Sharma sempat sedikit berdalih soal komentar kontroversialnya itu.

Seperti dilansir Hindustan Times, Kamis (9/6/2022), Sharma dalam pernyataan via Twitter pada 5 Juni lalu mengakui komentar kontroversialnya itu dilontarkan dalam kemarahan saat terlibat perdebatan.

Diketahui, komentar Sharma yang menuai kontroversi itu disampaikan saat menghadiri sebuah acara debat di televisi setempat yang membahas soal Masjid Gyanvapi di Varanasi.

"Saya telah terlibat dalam perdebatan di televisi selama beberapa hari terakhir, di mana Dewa Shiwa 'Aaradhya' saya dihina. Dikatakan di depan saya bahwa itu bukan Shivling tapi sebuah air mancur yang bisa ditemukan di setiap jalan setapak di Delhi dan orang-orang harus mendatanginya dan menyembahnya," tulis Sharma dalam pernyataan berbahasa Hindi via Twitter pada 5 Juni lalu.
Baca juga:
Politikus India Nupur Sharma Cabut Pernyataan yang Dianggap Hina Nabi

"Saya tidak bisa mentolerir penghinaan berulang kali yang dilakukan terhadap Dewa Shiwa dan saya mengatakan beberapa hal dengan kemarahan. Saya mencabut kata-kata saya jika itu telah melukai sentimen agama siapapun," tegasnya.

Penjelasan Sharma itu merujuk pada konteks klaim gugatan umat Hindu bahwa Shivling ditemukan di dalam kompleks Gyanvapi saat survei yang diperintahkan pengadilan digelar bulan lalu. Shivling merupakan sebutan untuk arca atau patung Dewa Shiwa.

ADVERTISEMENT
Ads by

Diketahui, laporan BBC menyebut jika komentar kontroversial Sharma soal Nabi Muhammad SAW, yang tidak pernah diungkapkan secara detail itu, dilontarkan dalam perdebatan kasus Masjid Gyanvapi tersebut.

Simak Video 'Gelombang Aksi Unjuk Rasa Merebak Buntut Politisi India Hina Nabi Muhammad':



Kasus itu mengemuka ketika sejumlah umat Hindu mengklaim bahwa masjid di kota suci Varanasi dibangun di atas reruntuhan kuil Hindu dari abad ke-16 yang dihancurkan Kaisar Mughal Aurangzeb pada 1669. Atas dasar itu, ada umat Hindu yang meminta izin kepada pengadilan untuk beribadah di kompleks masjid tersebut.

Pengadilan kemudian mengeluarkan perintah kontroversial yang memperbolehkan survei menggunakan rekaman video di masjid. Rekaman video disebut-sebut menampilkan pilar batu yang diklaim para pemohon petisi sebagai Sivalinga atau simbol Dewa Shiwa. Namun, pihak masjid berkeras itu adalah air mancur.

Silang pendapat ini digelar di pengadilan, namun perdebatan serupa juga berlangsung tanpa henti di televisi. Sharma berada di kubu nasionalis Hindu yang melontarkan pendapatnya secara blak-blakan.