Image description
Image captions

Tiga pasukan elite dari TNI AL akan menjalani latihan operasi dukungan pasukan khusus (Latopsdukpasus) 2024 di Dabo Singkep, Kepulauan Riau.

Dikutip dari keterangan Pasmar 1, Senin (9/12), Komandan Pusat Komando Pasukan Katak (Danpuskopaska) Laksamana Pertama Baroyo Eko Basuki memimpin apel gelar pasukan khusus, di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (8/12).

Apel gelar pasukan khusus itu diikuti oleh tiga satuan elite dari TNI AL, yaitu Detasemen Jalamangkara (Denjaka), Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) 1 Marinir, dan Kopaska. Selain itu, prajurit KRI Teluk Celukan Bawang-532 sebagai unsur pendukung juga mengikuti kegiatan persiapan tersebut.

Dalam kesempatan ini, Komandan Yontaifib 1 Marinir Mayor (Mar) Dave M. H, menekankan kepada para prajurit Trimedia untuk melaksanakan latihan dengan baik, sesuai tugas dan fungsi masing-masing.

“Terapkan ilmu yang selama ini dipelajari di basis serta tunjukan kemampuan dan profesionalitas prajurit Tri Media. Jaga faktor keselamatan dan keamanan selama kegiatan latihan berlangsung,” ujar Dave.

Mengenal tiga pasukan khusus TNI AL

Dalam perjalanannya, TNI AL memiliki sejumlah pasukan khusus untuk pertahanan dan keamanan laut Indonesia yang terdiri dari:

  1. Kopaska

Kopaska merupakan salah satu pasukan elite milik TNI AL. Dikutip dari Kompaspedia, Kopaska dibentuk saat masa Operasi Trikora pada 1962, era kepemimpinan Presiden ke-1 RI Soekarno.

Prajurit dengan ciri khas baret merah marun ini memiliki tugas untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, penyiapan perebutan pantai serta operasi pendaratan berkekuatan amfibi.

2.Taifib

Pasukan khusus dari Korps Marinir ini memiliki semboyan “Maya Netra Yamadipati” yang berarti “bergerak dengan cepat, rahasia, dan mematikan dalam setiap pertempuran”.

Awalnya, Taifib dibentuk karena Korps Marinir memerlukan data-data intelijen lengkap. Sebelumnya, pasukan khusus ini bernama Komando Intai Para Amfibi (Kipam), berdasarkan Surat Keputusan (SK) Komandan KKO AL No.47/KP/KKO/1961 tanggal 13 Maret 1961.

Kemudian, dalam perjalanannya nama satuan ini mengalami beberapa kali pergantian. Dari Batalyon Intai Para Amfibi (Yon Ipam), Kesatuan Intai Para Ampini (Sat Ipam), Satuan Intai Amfibi (Sat Intam), Marinir Intai Amfibi (Martaifib) hingga Taifib.

Tugas Taifib ialah membina dan menyediakan kekuatan amfibi maupun darat. Selain itu, tugas para prajuritnya melakukan operasi khusus dalam pelaksanaan operasi amfibi dan satuan tugas TNI AL.

Ciri khas prajurit Taifib memakai baret ungu khas Marinir. Akan tetapi, Taifib berbeda dengan Marinir pada umumnya. Mereka menggunakan brevet ‘Tri Media’ di samping Pataka Korps Marinir.

3.Denjaka

Para prajurit Denjaka direkrut dari personel Taifib dan Kopaska. Tetapi, satuan ini berada di bawah komando pelaksana Korps Marinir yajg dibentuk untuk menanggulangi ancaman aspek laut, yakni terorisme dan sabotase.

Tidak hanya menindak cepat, prajurit Denjaka juga dituntut efektif bertindak menghadapi segala bentuk aksi teror. Mereka bahkan dituntut untuk sedapat mungkin menghindari korban jiwa dan material di pihak sendiri ketika menindak aksi teror.

Prajurit pasukan khusus ini memiliki kemampuan fisik yang berfokus di laut. Mereka dituntut menguasai kemampuan seperti pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara, penguasaan metode bawah air, dan lintas atas air senyap.

Denjaka memiliki moto “Satya Wira Dharma”. Ciri khas pasukan ini yaitu berseragam hitam lengkap dengan baret ungu.

Adapun keterlibatan Denjaka saat operasi yang paling terkenal adalah ketika ikut operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus pada 2011. Kapal yang membawa 20 anak buah kapal (ABK) warga negara Indonesia (WNI) dibajak perompak Somalia pada 16 Maret 2011.

Saat itu, Letjen (Mar) (Purn) Suhartono ketika menjabat sebagai Komandan Denjaka dan berpangkat Letkol, terlibat dalam operasi pembebasan kapal MV Sinar Kudus di perairan Laut Arab yang sedang menuju Rotterdam.