Di usianya yang ke-102 tahun, organisasi keislaman Nahdlatul Ulama (NU) telah memberikan berkontribusi besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto saat menyampaikan sambutan di acara puncak perayaan hari lahir (harlah) NU ke-102 yang digelar di Istora, Senayan pada Rabu malam, 5 Februari 2025.
Pada kesempatan itu, Prabowo menyampaikan ucapan selamat atas peringatan harlah ke-102 NU. Ia juga mengapresiasi peran dan kontribusi NU terhadap lahirnya bangsa Indonesia.
“Atas nama pribadi dan atas nama pemerintah Republik Indonesia, sekali lagi selamat kepada NU. NU punya jasa besar terhadap lahirnya bangsa Indonesia,” ujarnya.
Prabowo menyoroti banyaknya anggota Kabinet Merah Putih yang merupakan kader NU. Menurutnya ini menjadi cerminan bahwa orang-orang yang bergabung dalam organisasi keislaman tersebut merupakan orang hebat.
"Di kabinet saya pun di Kabinet Merah Putih ternyata banyak sekali orang NU. Menteri agama, mensos, menteri pemberdayaan perempuan anak, menteri agraria, wamen nya banyak lagi. Tapi itu bukan karena NU, tapi karena mereka orang-orang hebat yang diajukan, hebat ya, tidak bisa ditolak." paparnya.
Prabowo menilai NU dan kelompok keagamaan lainnya seperti Muhammadiyah dan Persis memiliki peran penting mewakili kelompok mayoritas agama untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi yang menghormati dan melindungi.
"Kunci daripada keberhasilan itu kesatuan persatuan dan kerukunan dan kerjasama disitu NU memegang peran yang penting," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Prabowo sekaligus membuka secara resmi Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama Tahun 2025. Untuk diketahui, kedua acara tersebut digelar pada tanggal 5 hingga 7 Februari 2025 mendatang.
Turut hadir dalam peringatan Harlah NU yakni Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Wakil Presiden Ke-13 RI Ma'ruf Amin, para duta besar, para Menteri Kabinet Merah Putih, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Rais Aam PBNU Miftahul Akhyar, dan Sekretaris Jenderal PBNU Syaifullah Yusu