Image description
Image captions
Image description
Image captions

Waketum Gerindra Fadli Zon baru saja menerima Bintang Mahaputera Nararya dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Tak berselang lama, mantan Wakil Ketua DPR itu langsung melempar kritik ke Jokowi.

Fadli Zon menerima Bintang Mahaputera Nararya di Istana Kepresidenan pada Kamis (14/8/2020) lalu. Selain dirinya, Fahri Hamzah dan lebih dari 50 tokoh lain menerima bintang jasa itu.

Kala itu, Jokowi sempat bicara khusus soal bintang jasa ke Fadli dan Fahri. Menurut Jokowi, jalan politiknya yang berbeda dengan Fahri dan Fadli bukan berarti permusuhan.

"Bahwa misalnya ada pertanyaan mengenai Pak Fahri Hamzah, kemudian Pak Fadli Zon ya... berlawanan dalam politik, kemudian berbeda dalam politik itu bukan berarti kita ini bermusuhan dalam berbangsa dan bernegara, ya inilah yang namanya negara demokrasi. Jadi saya berkawan baik dengan Pak Fahri Hamzah, berteman baik dengan Pak Fadli Zon, jadi ya inilah Indonesia," ujar Jokowi.

Sebelum penganugerahan, Fadli pernah berjanji akan tetap kritis ke pemerintahan Jokowi. Itu terkait posisinya sebagai anggota DPR.

"Kalau saya sebagai anggota DPR, tugas yang dimandatkan konstitusi kan harus tetap mengawasi pemerintah dan menjalankan karena ini bagian dari demokrasi checks and balances. Jadi saya tetap akan berusaha kritis ya, sepanjang ada kebijakan-kebijakan yang kita rasakan kurang tepat," ucap Fadli Zon pada Senin (10/8) lalu.

Hal itu pun dibuktikan olehnya. Selang dua hari usai menerima bintang jasa, Fadli Zon melontarkan kritik perdananya.

Fadli menyoroti pidato Jokowi tentang RUU APBN 2021 saat sidang tahunan MPR-DPR. Fadli Zon menyebut pidato Jokowi kurang realistis.

"Di tengah ancaman pandemi serta resesi ekonomi yang masih akan terus berlangsung, kita sebenarnya ingin mendengarkan pidato kenegaraan yang dekat dengan kenyataan. Hanya dengan mendekati realitas, kita akan bisa mencari jalan keluar tepat untuk mengatasi krisis yang tengah berlangsung," kata Fadli dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/8).

"Sayangnya, harapan itu tak terpenuhi. Pidato kemarin kurang realistis. Satu hal paling mencolok adalah soal target pertumbuhan ekonomi. Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan tahun depan ada pada kisaran 4,5-5,5 persen," sambungnya.