Langit politik Indonesia kembali bergemuruh. AW, pengurus salah satu partai politik besar, mendadak ramai diperbincangkan. Bukan karena kebijakannya atau gebrakan politik, melainkan isu perselingkuhan yang menghebohkan publik. Dugaan ini melibatkan seorang transgender berinisial MA, runner-up Miss Equality World 2024.
Isu itu mencuat lewat unggahan di akun Instagram @gerakanpis, dipimpin oleh politikus PSI, Ade Armando. Dalam narasi yang menggugah rasa penasaran, Ade menyusun serpihan tanda-tanda yang mengarah pada dugaan hubungan mesra antara AW dan MA. “Semuanya bermula dari akun X, @partaisocmed, yang memposting potret Mesty dengan seorang pria bertopi yang menggenggam tangannya dengan mesra,” ungkap Ade dalam unggahannya.
Hubungan yang disebut-sebut dirahasiakan elite partai itu terungkap dalam detail-detail kecil: inisial “AW” pada kalung dan pelat mobil yang dimiliki Mesty, yang diduga kuat merujuk pada sang politikus. Narasi ini semakin menguatkan spekulasi bahwa politisi partai merah itu memiliki hubungan khusus dengan Mesty.
Namun, di tengah keramaian, pertanyaan besar muncul: jika memang benar, mengapa nama AW tidak disebut langsung? Ade pun menyatakan, “Ini jelas mencurigakan. Mengapa hanya inisial? Apa ini untuk menghancurkan reputasi AW atau sekadar permainan politik?”
Sementara itu, gelombang kritik mengarah tajam ke AW. Netizen ramai mengecam dugaan hubungannya dengan seorang transgender, mengaitkannya dengan isu penyimpangan moral. Tak sedikit pula yang menyerang MA sebagai sosok transgender, menyebutnya “pengkhianat takdir Tuhan.”
Ade, yang mengambil posisi berbeda, justru mengingatkan publik untuk lebih bijak. “Mesty tidak pantas dihina karena dia transgender. Dia telah menunjukkan komitmen membela kesetaraan dan keberagaman,” tegasnya.
Dalam dunia politik, kebenaran sering kali tersembunyi di balik tirai kontroversi. Namun, satu hal pasti: isu ini kembali mengingatkan kita pada perlunya menghormati keberagaman, sambil menanti fakta yang sebenarnya terungkap. Apakah ini skandal pribadi atau manuver politik, waktu yang akan menjawab.
Sumber: herald