Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati menyebut, tahun 2018 yang mulai menjadi tahun politik sejatinya tak terlalu mengkhawatirkan bagi perekonomian selama kebijakan-kebijakan ekonomi tetap dibuat secara profesional.
Namun masalahnya, kata Enny, tahun politik di tahun depan tak otomatis membuat konsumsi rumah tangga masyarakat kian menguat. Sehingga, pemerintah tetap perlu kebijakan yang tepat di tahun politik nanti untuk menggenjot daya beli.
“Dari proses pilkada lalu, seperti yang terakhir di DKI dan beberapa daerah lain, ternyata yang meningkat konsumsinya cukup signifikan itu hanya LNP (Lembaga Non profit). Tapi pertumbuhan konsumsi rumah tangga tak signifikan pengaruhnya,” kata Enny di Jakarta, Selasa (12/12).
Karena pilkada saat ini, kata dia, tidak seperti dulu dimana parpol banyak melakukan belanja langsung ke masyarakat. Seperti melalui konvoi dan lainnya. Dan hal itu ternyata bisa menggenjot daya beli, karena multi plier effectnya cukup efektif.
“Dengan begitu, akan berefek ke konsumsi. Tapi saat ini, pilkada tak lagi menjadi aktivitas yang bisa menyulut dan menggenjot konsumsi masyarakat,” kata dia.
Baca Juga : Indef: Jika Lihat Dua Tahun Terakhir, Pemerintah Bakal Sulit Kejar Pertumbuhan 5,1% Tahun Ini
Dengan kondisi demikian, kata Enny, tahun depan tetap akan terjadi pelemahan daya beli. Alasannya, kesempatan untuk mendapat pekerjaan masih di bawah 100. Artinya masih cukup ketat. Selain itu, harga-harga barang pokok juga stabil, tapi stabilnya di angka tinggi.
“Belum lagi di tahun depan nanti akan ada kenaikan harga-harga yang diatur pemerintah (administered prices). Ketika harga minyak dunia naik, mungkin BBM bisa tam naik, tapi TDL tak bisa tidak pasti akan naik,” kata dia.
Sekalipun tak berpengaruh langsung ke inflasi, tapi pengaruh yang sudah pasti adalah konsumai rumah tangga.
“Sehingga pendapatan masyarakat akan tergerus dan daya beli sudah pasti kembali melemah. Apalagi untuk listrik saat ini sudah prioritas, jika tak bayar besoknya langsung diputus. Makanya masyarakat akan mengurangi konsumsi demi membayar listrik yang mahal,” kata Enny.0 akt